Kasus vaksin palsu beberapa waktu lalu cukup menghebohkan. Hal ini karena vaksin palsu akan berpengaruh terhadap kesehatan anak. Dirga Sakti Rambe, selaku dokter spesialisasi di bidang vaksinologi mengungkapkan bahwa dampak vaksin palsu dapat dilihat dari dua segi, yakni keamanan produksi dan proteksi.
Dari segi keamanan produksi, Dirga merujuk dari keterangan jumlah tersangka yang dimuat dibeberapa media yang mengungkapkan bahwa dalam membuat vaksin palsu mereka mencampurkan cairan infus dengan vaksin asli. Campuran tersebut memang tidak berdampak fatal terhadap tubuh dalam jangka panjang.
Dampak yang mungkin teradi adalah karena infeksi akibat pembuatan vaksin palsu di lingkungan yang tidak steril. Saat mencampurkan bahan tersebut juga dapat terjadi kontamonasi bakteri, kuman, dan virus. Sehingga ketika anak disuntikkan vaksin tersebut akan mengalami infeksi lokal di bekas suntikan. Jika cairan pembuat vaksin palsu terkontaminasi maka infeksi dapat meluas ke seluruh tubuh. Jenis infeksinya tergantung apa yang mengontaminasi. Namun jika terjadi infeksi kondisi tidak berlangusng segera setelah penyuntikan dilakukan.
Dampak dari vaksin palsu berikutnya adalah dari segi proteksi. Menurut Dirga, seorang anak yag tidak memiliki proteksi atau perlindungan atas virus tertentu akibat vaksin palsu yang disuntikkan padanya. Sebagai contoh bahwa dalam usia tertentu anak akan disuntikkan vaksin BCG. Apabila vaksin yang diuntikkan adalah palsu maka tubuh dari anak tersebut akan rentan terhadap kuman TBC.
Hal yang sama juga diungkapkan dr. Nafrialdi, PhD dari Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Menurutnya, sangat wajar apabila orang tua khawatir anaknya tidak mendapatkan vaksin yang benar.
Bagi orang biasa tentu akan sulit untuk membedakan vaksin palsu dan vaksun asli. Jika dilihat secara kasat mata, bungkus luar vaksin palsu dan vaksin asli hampir sama. Namun jika dilihat secara jeli maka tanggal kadaluarsa dan kode unik pada bungkus luar vaksin palsu berbeda dengan yang tertera pada vaksin di dalamnya. Yang paling memahami tentu para tenaga medis. Apabila ingin mengetahui vaksin tersebut palsu atau tidak adalah melalui uji laboratorium.
Sebelumnya diberitakan bahwa kasus vaksin telah merambah di Jabodetabek dan daerah lain di Indonesia. Kasus ini melibatkan Irnawati, Sutanto, Mirza, dan 11 tersangka lain yang saat ini kasusnya sudah masuk ke pengadilan.