Kawasan Industri Kalimantan Utara merupakan salah satu proyek strategis yang sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia untuk meningkatkan perekonomian daerah dan nasional. Dengan sumber daya alam yang melimpah dan letak geografis yang strategis, kawasan ini diharapkan mampu menarik banyak investor dalam dan luar negeri.
Lantas, seperti apa progres pembangunan kawasan Industri di Kaltara? Mari simak informasi selengkapnya berikut ini.
Progres Pembangunan Kawasan Industri Kalimantan Utara
Progress pembangunan kawasan industri Kalimantan Utara baru akan emasuki tahap groundbreaking pada bulan depan.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, proyek ini ditargetkan rampung dalam empat tahun.
“Dari pertemuan dengan NDRC (National Development and Reform Commission) kita berharap satu bulan ke depan sudah bisa di-groundbreaking, sudah dimulai konstruksinya. Saya kira dalam waktu empat tahun sudah selesai,” ujar Luhut, dikutip dari laman Diskominfo Kaltara.
Perlu diketahui, beberapa waktu lalu, Menko Marves melakukan kunjungan kerja ke Tiongkok. Di Negeri Tirai Bambu, ia bertemu dengan Menteri Luar Negeri China Wang Yi, Kepala National Development and Reform Commission (NDRC) China Zheng Shanjie, pejabat dari Tsinghua University dan para pengusaha asal Cina.
Pada momen tersebut, Luhut secara spesifik meminta agar NDRC bisa mendukung implementasi kawasan industri Kaltara.
Ketika bertemu dengan Kepala NDRC Zheng Shanjie, Luhut bahkan menyebut salah satu pabrik di kawasan industri tersebut akan menjadi pabrik petrochemical terbesar di Asia dengan kapasitas mencapai 4×16 juta ton per tahunnya.
Sebelumnya, kawasan industri Kaltara juga sempat dibicarakan dalam pertemuan bilateral Presiden Joko Widodo dan Presiden Tiongko Xi Jinping pada 27 Juli 2023. Salah satu yang dibahas dalam pertemuan itu yakni joint call perusahaan di bidang petrokimia dan PLTA di Kaltara.
Adapun kawasan industri hijau (KIHI) seluas 30 hektare di Kabupaten Bulungan, Kaltara tersebut diperkirakan membutuhkan investasi sebesar 132 miliar dolar AS atau sekitar R2.174 triliun. Lokasi kawasan itu juga hanya berjarak 185 km dari Ibu Kota Nusantara (IKN).
Selain pabrik petrokimia, di kawasan KIHI juga akan dibangun fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) alumina dengan kapasitas tiga juga ton. Kemudian pendirian pabrik besi dan baja (iron and steel) dengan kapasitas lima juta ton per tahun.
Tak hanya itu, di kawasan KIHI juga akan dibangun pabrik baterai kendaraan listrik maupun pembangkit berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT) dengan kapasitas 265 Giga Watt hour (GWh). Terakhir, telah ada rencana pembangunan pabrik polycristalline silicon dengan kapasitas 1,4 juta ton.