Pemilik KFC di Indonesia, PT Fast Food Indonesia tengah menghadapi tantangan besar. Perusahaan yang didirikan oleh keluarga Galael pada 1978 mencatat kerugian signifikan sebesar Rp557,08 miliar pada kuartal III 2024. Angka tersebut meningkat 266,59% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yang hanya mencatat kerugian Rp152,41 miliar.
Kerugian pemilik KFC di Indonesia itu disebabkan oleh dua faktor utama. Pertama, pemulihan usaha pasca-pandemi COVID-19 yang belum optimal. Kedua, meningkatnya boikot terhadap produk KFC di tengah krisis Timur Tengah, yang memengaruhi persepsi pasar.
Sejarah dan Pemilik KFC di Indonesia
KFC pertama kali hadir di Indonesia pada Oktober 1979 dengan pembukaan gerai di Jalan Melawai, Jakarta. Dalam waktu singkat, merek ini berkembang pesat ke berbagai kota besar seperti Bandung, Surabaya, dan Makassar.
Saat ini, kepemilikan saham terbesar PT Fast Food Indonesia masih dipegang oleh keluarga Galael sebesar 39,84%.
Pemegang saham besar lainnya adalah PT Indoritel Makmur Internasional Tbk, perusahaan yang terafiliasi dengan Anthoni Salim (Salim Grup), dengan kepemilikan 35,84%. Sementara itu, saham minoritas sebesar 7,9% dimiliki oleh masyarakat umum.
Dari segi manajemen, Ricardo Galael menjabat sebagai Direktur Utama, sementara Anthoni Salim mengisi posisi Komisaris Utama. Kolaborasi antara dua keluarga besar telah menjadikan KFC sebagai salah satu pemain utama di industri restoran cepat saji di Indonesia.
Di tengah situasi sulit, perusahaan telah menutup puluhan gerai dan memangkas ribuan tenaga kerja. Upaya pemulihan terus dilakukan untuk mengatasi dampak pandemi dan tekanan pasar global.
Meski tantangan berat, pemilik KFC di Indonesia tetap optimis dan KFC tetap menjadi salah satu pilihan utama masyarakat Indonesia. Dengan strategi yang tepat, perusahaan diharapkan mampu bangkit kembali dan mempertahankan dominasinya di pasar restoran cepat saji.
Demikian informasi seputar pemilik KFC di Indonesia. Untuk berita ekonomi, bisnis dan investasi terkini lainnya hanya di Freecaretips.Com.