Kalimantan Utara (Kaltara) merupakan salah satu provinsi baru di Indonesia. provinsi ini baru dibentuk pada 17 November 2012. Meski termasuk provinsi baru, Kaltara tetap memiliki ciri khas. Hal ini terlihat dari keberadaan pakaian adat Kalimantan Utara.
Pakaian adat Kalimantan Utara dibagi menjadi dua, yakni Sapei Sapaq untuk laki-laki dan Ta’a untuk perempuan.
Nah, artikel ini akan membahas perbedaan pakaian adat Kalimantan Utara untuk laki-laki dan perempuan. Simak penjelasannya berikut ini.
Perbedaan Pakaian Adat Kalimantan Utara untuk Laki-Laki dan Perempuan
- Sapei Sapaq
Sapei Sapaq adalah pakaian adat Kaltara untuk laki-laki. Pakaian ini terbuat dari kain beludru berwarna hitam dengan ornamen manik-manik yang bermotif khusus.
Bawahan busana Sapei Sapaq dulunya berupa gulungan selendang yang bentuknya mirip celana dalam. Akan tetapi, saat ini bentuk bawahan tersebut sudah diganti dengan ceelana pendek hitam lantaran dianggap kurang elok dipandang mata. Bawahan Sapei Sapaq disebut dengan Abeq Kaboq.
Selain itu, baju Sapei Sapaq juga dilengkapi dengan berbagai macam komponen, seperti:
- Mandau yang diselipkan di pinggang.
- Perisai perang
- Kalung-kalung dari bahan alam (tulang, taring babi, dan biji-bijian).
2. Ta’a
Di atas telah disinggung bahwa Ta’a merupakan pakaian adat Kalimantan Utara yang dikenakan oleh perempuan.
Sama dengan Sapei Sapaq, pakaian ini juga terbuat dari kain beludru berwarna hitam dengan Pernik atau hiasan berupa manik-manik yang dijahit.
Pakaian ini tidak memiliki bawahan seperti halnya Sapei Sapaq yang dikenakan laki-laki.
Dibanding Sapei Sapaq, pakaian adat Ta’a memiliki lebih banyak elemen atau komponen.
Berikut komponen-komponen yang ada dalam pakaian adat Ta’a:
- Atasan yang modelnya terlihat seperti rompi tanpa lengan.
- Bawahan berupa rok dengan warna dan motif yang sama.
- Penutup kepala yang memiliki hiasan bulu burung enggang
- Aksesori berupa gelang, kalung, dan manik-manik.
Selain dibekali dengan berbagai macam elemen yang khas, Ta’a juga memiliki motif yang unik. Pakaian ini umumnya dibuat dengan perpaduan warna kontras, yakni antara putih, hijau, biru, merah, dan lain-lain.
Seperti Sapei Sapaq, pakain adat Kaltara untuk perempuan mencerminkan kearifan masyarakat Dayak dalam memanfaatkan sumber daya alam, terutama dalam pembuatan pakaian dan aksesorisnya.