Performa Industri Pariwisata Meningkat Layak Diapresiasi

Performa industri pariwisata semakin meningkat setiap tahunnya dan menjadi idola di Indonesia. Bila dibandingkan dengan komoditi lainnya seperti minyak, gas, batu bara, dan kelapa sawit grafiknya sangat kontras cenderung merosot.

Disisi lain, industri pariwisata dianggap mempunyai keunggulan karena mayoritas kegiatannya dalam lingkaran sektor jasa. Pariwisata juga merupakan komoditas yang paling berkelanjutan dan menyentuh hingga ke level paling bawah masyarakat.

“Sektor pariwisata Indonesia yang sangat menjanjikan. Sektor ini menjadi core business Indonesia. Pariwisata menjadi penyumbang PDB, devisa, serta lapangan kerja paling besar dan mudah dan cepat,” ujar Ketua Umum Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Haryadi Sukamdani, Liputan6.com (22/9/2018).

Melesatnya industri pariwisata tidak terlepas dari peningkatan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), kunjungan wisman ke Indonesia terus meningkat. Pada 2017, wisman yang berkunjung sebanyak 14,04 juta orang. Angka ini naik 21,88 persen dari 2016 yang berada dikisaran 11,52 juta wisman.

“Ini juga berkat kerja keras semua pihak yang mampu mendongkrak indeks daya saing Pariwisata Indonesia. Dari peringkat 70 dunia di tahun 2013, meroket ke posisi 42 besar di 2017,” kata Haryadi.

Dengan paparan tersebut, beliau mengaku Kementerian Pariwisata sangat layak mendapat penghargaan Kementerian Pariwisata Terbaik 2018 di ajang TTG Travel Award. Sementara itu, Menteri Pariwisata, Arief Yahya, mengatakan bahwa peningkatan industri pariwisata tersebut dipengaruhi oleh peran dari Presiden Joko Widodo.

“Alasan utama, ada CEO Commitment. Ini yang ditunjukkan presiden selama memimpin kabinet kerja. Action-nya ada. Rekam jejaknya pun tercatat. Dalam memimpin kabinet kerja, Presiden tak ragu menetapkan pariwisata sebagai leading sector dan sekaligus core ekonomi bangsa,” ujar Menpar.

Presiden Jokowi juga menetapkan 10 destinasi prioritas atau yang sering dipopulerkan dengan istilah 10 Bali Baru. Sebarannya pun merata di seluruh Indonesia. Ada Danau Toba Sumatera Utara, Tanjung Kelayang Bangka Belitung, Tanjung Lesung Banten, Kepulauan Seribu DKI Jakarta, Borobudur di Joglosemar, Bromo-Tengger-Semeru Jawa Timur, Mandalika di Lombok, Komodo Labuan Bajo Nusa Tenggara Timur, Wakatobi Sulawesi Tenggara, dan Morotai Maltara.

Tak hanya itu, Presiden Jokowi juga kerap hadir di banyak destinasi wisata. Melihat secara langsung kendala di lapangan. Destinasi Raja Ampat, Morotai, Labuan Bajo, Larantuka, Mandalika, Borobudur, Tanjung Lesung, dan Danau Toba adalah beberapa destinasi yang pernah dikunjunginya.

“Itu menunjukkan komitmen yang tinggi dari Presiden Jokowi terhadap dunia Pariwisata. Tugas seorang CEO itu menentukan arah dan mengalokasikan Sumber Daya. Baik manusia (orang terhebat), maupun budgeting (anggaran). Karena itu, di pariwisita ditempatkan orang-orang terhebat dan di-support dengan anggaran, yang meskipun masih terbatas, tapi sedikit naik,” ucapnya.

Dukungan bersar besar pun diberikan kepada destinasi yang mengalami bencana. Sebut saja Bali yang langsung bangkit ketika dikunjungi Presiden Jokowi setelah erupsi Gunung Agung atau pariwisata Lombok yang langsung bangkit setelah mendapat kunjungan dari beliau. Bagi Arief Yahya, dukungan nyata Presiden tersebut yang membuat industri pariwisata semakin maju.