Krisis Harga Saham Starbucks: Penurunan Kapitalisasi Pasar hingga US$12 Miliar dalam Sebulan

Kapitalisasi pasar harga saham Starbucks mengalami penurunan signifikan sebesar hampir US$12 miliar atau setara dengan Rp186 triliun dalam sebulan terakhir. Faktor utama penyebab penurunan ini adalah melambatnya penjualan di tengah ketatnya keuangan konsumen dan meningkatnya perselisihan tenaga kerja. Penurunan tersebut juga mencuatkan spekulasi terkait aksi boikot terhadap perusahaan ini terkait perang di Gaza.

Menurut laporan dari New York Post pada Minggu (10/12/2023), data penjualan dari analis JP Morgan yang dikutip oleh Bloomberg menunjukkan bahwa investor khawatir jumlah konsumen Starbucks akan mengalami penurunan. Meskipun pada kuartal IV masih mencatatkan pertumbuhan penjualan kopi sekitar 8%, harga saham Starbucks terus melemah mengikuti tren pergerakan harga saham di industri makanan ringan.

Pada sesi pembukaan pasar Senin, harga saham Starbucks turun 1,6%, mencatatkan penurunan selama 11 sesi berturut-turut, yang merupakan yang terpanjang sejak Starbucks melantai di bursa pada tahun 1992. Pelemahan saham ini menyebabkan kapitalisasi pasar Starbucks menguap sebesar 9,4% atau turun hampir US$12 miliar.

Sementara itu, saat harga saham Starbucks anjlok, Starbucks sedang merayakan acara tahunan Red Cup Day, di mana barista membagikan cangkir bertema liburan berwarna merah secara gratis kepada pelanggan. Namun, acara tersebut juga dibayangi oleh aksi mogok kerja para pegawai.

Ratusan pegawai yang diwakili oleh serikat pekerja Workers United meninggalkan pekerjaan mereka menuntut peningkatan hak staf dan jadwal yang lebih baik. Meskipun demikian, staf non-serikat menghadapi kesulitan karena kekurangan pekerja. Protes ini menjadi perselisihan terbaru Starbucks dengan serikat pekerja.

Perseteruan antara Starbucks dan serikat pekerja semakin mencuat setelah tuntutan hukum yang saling bertentangan terkait unggahan media sosial Workers United yang menyatakan ‘Solidaritas dengan Palestina!’ pasca-serangan mematikan Hamas. Starbucks menjauhkan diri dari pernyataan tersebut dan menegaskan dukungannya terhadap Israel, yang kemudian memicu seruan boikot.

Meskipun Starbucks berusaha meredam seruan boikot, tagar #boycottstarbucks tetap trending di media sosial, mencapai 16.000 kali penggunaan dan 167 juta penayangan selama 30 hari terakhir. Beberapa akun di platform media sosial bahkan menyuarakan dukungan terhadap boikot dengan menyatakan penurunan kapitalisasi pasar Starbucks sebagai hal yang ‘pantas’.

Demikian informasi seputar perkembangan penurunan harga saham Starbucks. Untuk berita ekonomi, bisnis dan investasi terkini lainnya hanya di Freecaretips.com.