Menteri Arief Himbau Wisudawan Poltekpar Makassar Berkiprah di Industri Pariwisata

Menghadiri acara Wisuda Politeknik Pariwisata (Poltekpar) Makassar, Menteri Arief Yahya, menceritakan suksesnya Industri Pariwisata Indonesia. Bertempat di Hotel Claro Makassar, Menpar menyampaikan kisah inspiratif tersebut.

Menurut Menpar, 348 wisudawan yang telah memilih industri pariwisata dinilai tepat. Sebab, untuk pertama kalinya pariwisata dijadikan sektor prioritas oleh Presiden Joko Widodo. Tak hanya itu, prestasi Menteri Arief Yahya yang membawa Kemenpar terpilih sebagai The Best Minitry of Tourism 2018 se-Asia Pasifik tersebut memberikan gambaran cerah industri pariwisata.

“Lulusan Poltekpar dan para orang tua tidak perlu khawatir. Pariwisata Indonesia bisa menang dan menjadi terbaik. Terbukti dengan banyak penghargaan yang telah mampir bagi pariwisata Indonesia. Yang terakhir di TTG, Kemenpar terpilih sebagai NTO atau Ministry of Tourism terbaik se-Asia Pasifik,” ujar Arief.

Di depan para wisudawan, Menpar berpesan bahwa kini saatnya berkiprah dengan mimpi tinggi di industri pariwisata. Tidak hanya menjadi karyawan, tetapi juga mulai berwirausaha karena saat ini menjadi enterpreneur di sektor pariwisata sangat menjanjikan.

“Jadilah enterpreneur. Jangan khawatir, saya akan dampingi kalian agar bisa bersaing dalam bisnis di bidang pariwisata. Kemenpar telah membuat inkubator buat anak-anak yang serius mau merintis bisnis karena hanya dengan cara ini bisa menaikkan kesejahteraan pelaku industri pariwisata,” kata Menpar.

Menurut Arief, 100 persen lulusan sekolah pariwisata mampu terserap oleh pasar. Seperti di hotel, restoran, kafe, dan travel agent. Ada 40 persen yang langsung ditawari pekerjaan ke luar negeri, sisanya mendapat tawaran di dalam negeri.

Walaupun begitu, imbuhnya, gaji pekerja pariwisata tidak sebesar industri financial seperti perbankan, pertambangan minyak dan gas, properti, atau di dunia telekomunikasi. Rata-rata General Manager hotel itu Rp 75 juta sampai Rp 100 juta per bulan atau Rp 1,2 miliar setahun.

“Jauh jika dibandingkan Telco yang CEO-nya bisa Rp 10 miliar sampai Rp 12 miliar setahun. Karena itu harus dengan enterpreneur, angka itu bisa dikejar,” ujar Arief.

Namun, bukan hal mudah untuk mempertahankan keberhasilan. Dibutuhkan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk mempertahankannya. Sebab, SDM adalah hal mendasar untuk menjaga pariwisata sebagai core business. Arief mengatakan, investasi SDM paling tidak kelihatan wujudnya, tapi sangat terasa dampaknya.