Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus yang signifikan pada tahun 2024, mencapai angka US$31,0 miliar. Hal tersebut menandai surplus berturut-turut selama lima tahun, sebuah pencapaian penting dalam perekonomian Indonesia.
Plt Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti mengungkapkan bahwa surplus ini merupakan bukti konsistensi neraca perdagangan Indonesia yang telah mengalami tren positif sejak 2020.
Pada tahun tersebut, surplus tercatat sebesar US$21,62 miliar, kemudian meningkat menjadi US$35,42 miliar pada 2021, dan pada 2022 mencapai puncaknya dengan surplus US$54,24 miliar, sebelum sedikit menurun menjadi US$36,89 miliar pada 2023.
“Dengan surplus yang tercatat pada 2024, neraca perdagangan Indonesia telah mengalami surplus berturut-turut selama lima tahun terakhir,” ujar Amalia dalam konferensi pers di Kantor BPS.
Komoditas Penyumbang Utama Surplus Neraca Perdagangan Indonesia
Sektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap surplus neraca perdagangan Indonesia pada 2024 adalah bahan bakar mineral, dengan surplus mencapai US$35,27 miliar. Sektor lain yang juga mencatatkan surplus signifikan adalah minyak hewan nabati, yang menyumbang US$26,45 miliar.
Selain itu, besi dan baja turut memberikan kontribusi surplus sebesar US$19,14 miliar. Pencapaian tersebut menunjukkan ketahanan sektor ekspor Indonesia, terutama dalam komoditas bahan bakar dan produk manufaktur, yang terus mendominasi pasar internasional.
Meskipun ada penurunan dalam surplus pada 2023 dibandingkan tahun sebelumnya, tren positif ini memberikan optimisme terhadap perekonomian Indonesia di masa mendatang. Dengan neraca perdagangan yang terus mencatatkan surplus, Indonesia diharapkan dapat menjaga stabilitas perekonomian dan terus meningkatkan daya saing global.
Demikian informasi seputar perkembangan neraca perdagangan Indonesia. Untuk berita ekonomi, bisnis dan investasi terkini lainnya hanya di Freecaretips.Com.
