Para agen wisata atau pelaku industri pariwisata dinilai akan terkena imbas dari kenaikan nilai tukar dollar terhadap rupiah saat ini. Diketahui nilai dollar ke rupiah mencapai angka 14 ribuan saat ini.
Data dari KompasTravel pada acara Kompas Travel Fair (KTF), 7-9 September 2018, mengatakan berbagai industri pariwisata belum mengalami penurunan pasar wisatawan. Penurunan ataupun kenaikan wisatawan yang terjadi saat ini masih di ambang batas wajar.
Salah satunya diungkapkan Marketing Manager KIA Tour, Hari, mengatakan sampai saat ini pembelian wisatawan Indonesia masih stabil, dan cenderung naik dari tahun kemarin.
“Sampai saat ini kenaikan dollar belum terlalu berpengaruh, karena masih baru juga mungkin. Harapannya si segera turun,” tutur Hari di KTF, Jakarta, Jumat (7/8/2018).
Dari tempat yang sama Rocky, Marketing Manager Smailing Tour mengatakan, salah satu pelaku industri pariwisata sebagai agen wisata yang juga di KTF mengaku wisatawan Indonesia lebih mensiasatinya dengan bepergian jarak dekat, atau bisa dikatakan minat ke luar Asia menurun.
“Dari agustus sebenernya kan dollar udah tinggi, tapi tetep banyak yang daftar. Hanya destinasinya aja yang ga jauh-jauh, ga terlalu lama, ngurang sehari paling,” ujarnya.
Manager Marketing Communication & CRM Obaja Tour, Luciana Judosasmito mengatakan selama paket yang mereka tawarkan masih cocok ditambah promo-promo, masih akan stabil kedepannya.
“Sampai sekarang masih stabil, naik turunnya wajar. Mungkin mereka juga masih punya tabungan, dan merencanakannya jauh-jauh hari, kalender liburan juga kan udah di-publish jauh-jauh hari, sampai hari ini masih oke,” tuturnya (KompasTravel).
Namun, sangat mengkhawatirkan jika kenaikan dollar terus berkepanjangan, maka penyesuaian kenaikan harga paket wisata dan tiketnya tak terelakan lagi. Industri pariwisata akan menaikkan paket tour, dan mungkin bisa mengurangi wisatawan Indonesia yang bepergian.
“Kalau kita ga signifikan (penurunannya) untuk yang internasional, tapi kalau berkepanjangan dampaknya wisatawan akan jadi lebih ke domestik, atau bahkan menurun wisatawannya,” ujarnya Ita Marcomm Manager Dwidaya Tour.
Dari berbagai tour tersebut menghawatirkan jika kenaikan dollar bertahan hingga beberapa bulan, bahkan akhir tahun, karena bagian yang membengkak ialah biaya inland service, atau biaya tour di negara tujuan.
“Kalau penerbangan sih kita ngikutin harga dari maskapai ya, mereka juga pasti bersaing dengan promo-promonya. Tapi yang riskan itu biaya turnya, bis, makanan, hotel di sana kan curency-nya pake dollar,” ucap Luciana Judosasmito.
Meski di negara yang tidak menggunakan dollar, menurut para pelaku industri pariwisata biaya-biaya tersebut pasti jadi yang paling berdampak. mereka belum bisa memutuskan strategi apa yang akan dipakai, dan masih mengamati kenaikannya sampai kapan dan sejauh mana pergerakannya.